Perilaku
dan Kebudayaan Masyarakat Suku Gorontalo
Dalam perilakau masyarakat gorontalo,terdapat
pernikahan Adat yang perlu di
lestarikan,karena mengandung nilai–nilai budaya yang tinggi.Adat Gorontalo ini
semakin hari semakin tanpa melewati lagi prosesi adat gorontalo terkontaminasi
dengan perubahan zaman.Terlihat dimana–mana pernikahan di Gorontalo.Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor.Diantaranya, banyak pemuda zaman sekarang yang enggan
mempelajari adat pernikahan gorontalo.Sehingga warisan leluhur ini semakin
terlupakan,karena tidak adanya regenerasi penerus Adati lo Hulondhalo.Pernikahan
Adat Gorontalo memiliki ciri khas tersendiri.Karena penduduk Provinsi Gorontalo
memiliki penduduk yang hampir seluruhnya memeluk agama Islam,sudah tentu adat
istiadatnya sangat menjunjung tinggi kaidah-kaidah Islam.Untuk itu ada semboyan
yang selalu dipegang oleh masyarakat Gorontalo yaitu, “Adati hula hula Sareati,
Sareati hula hula to Kitabullah” yang artinya, Adat Bersendikan Syara,Syara
Bersendikan Kitabullah.Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo
sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan bersendikan Islam.Termasuk
adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami.Prosesi pernikahan
dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo.
Dalam upacara perkawinan adat gotontalo
berlangsung di dua tempat yaitu di tempat mempelai pria dan wanita,masing
masing keluarga mempelai mengadakan pesta dirumah masing-masing.Dalam pesta tersebut
selalu berlangsung meriah hingga berhari hari lamanya.Beberapa hari sebelum
pesta dilangsungkan semua keluarga dan kerabat telah datang berkumpul untuk
membantu pelaksanaan pesta tersebut, baik ibu-ibu maupun bapak bapak selalu
datang beramai- ramai.Dalam pesta itu mempelai pria dan wanita menggunakan
pakaian adat Bili’u dengan tempat pelaminan yang juga dihias menggunakan adat
Gorontalo.Pesta yang berlangsung biasanya 3 hari itu dengan masing masing
mempunyai sebutan setiap hari yang berbeda.
Tolobalango
adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat Pembesar Negeri
dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria atau Lundthu Dulango Layio
dan juru bicara utusan keluarga wanita atau Lundthu Dulango Walato,Penyampaian
maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah. Dalam
Peminangan Adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak
utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan Mahar
atau Maharu dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.Pada waktu
yang telah disepakati dalam acara Tolobalango maka prosesi selanjutnya adalah
mengantar harta atau antar mahar, didaerah gorontalo disebut Depito Dutu yang
terdiri dari 1 paket mahar, sebuah paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo
dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, serta
bermacam buah-buahan dan bumbu dapur atau dilonggato.Semua mahar ini dimuat
dalam sebuah kendaraan yang didekorasi menyerupai perahu yang disebut
Kola–Kola.
Nuansa
Warna Bagi Masyarakat Gorontalo
Dalam
adat istiadat gorontalo,setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu,
karena itu dalam upacara pernikahan masyarakat gorontalo hanya menggunakan
empat warna utama,yaitu merah,hijau,kuning emas,dan ungu.Warna merah dalam
masyarakat gorontalo bermakna keberanian dan tanggung jawab,hijau bermakna Kesuburan
kesehjateraan,kedamaian dan kerukunan, kuning emas bermakna kemulian,kesetiaan,kesabaran
dan kejujuran sedangkan warna ungu bermakna keanggunan dan kewibawaan.Pada
umumnya masyarakat Gorontalo enggan memakai pakai warna coklat karena coklat
melambangkan tanah , karena itu bila mereka ingin memakai pakaian warna gelap,
maka mereka akan memilih warna hitam yang bermakna keteguhan dan Ketuhanan Yang
Maha Esa , warna putih bermakna kesucian dan kedudukan , karena itu masyarakat
gorontalo lebih suka mengenakkan warna putih bila pergi ke tempat perkebungan
atau kedukaan atau tempat ibadah (masjid),biru muda sering digunakan pada saat
peringatan 40 hari duka,sedangkan biru tua digunakan pada peringatan 100 hari
duka.Dalam adat perkawinan Gorontalo sebelum hari H dilaksanakan dutu, dimana
kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta dengan membawakan buah-buahan ,
seperti jeruk , nangka ,nenas , tebu , setiap buah yang dibawah juga punya
makna tersendiri misalnya buah jeruk berkmakna bahwa pengantin harus
merendahkan diri, duri jeruk bermkana bahwa pengantin harus menjaga diri dan
rasanya yang manis bermakna bahwa pengantin harus menjaga tata krama atau sifat
manis yang disukai orang .nenas durinya juga bermakna bahwa pengantin harus
menjaga diri dan begitu juga rasanya yang manis.nangka dalam bahasa gorontalo
langge loo olooto , yang berbau harum dan berwarna kuning emas yang bermakna
pengantin harus mempunyai sifat penyayang dan penebar keharuman.Tebu warna kuning
bermakna pengantin harus menjadi orang yang disukai dan teguh dalam pendirian.
Tarian
Tarian ini yang cukup terkenal di suku
Gorontalo seperti,Tari Bunga,Tari Polopalo,Tari Danadana, Zamrah,dan Tari
Langga.Lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo
adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku),Ambikoko (nama orang),Mayiledungga
(Telah Tiba),Mokarawo (Membuat Kerawang),Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto),dan
Binde Biluhuta (Sup Jagung).
Seperti halnya daerah lain di Indonesia,orang
Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Poboide.Rumah
adat ini terletak di tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal
Sudirman, Limboto.Selain itu,masyarakat Gorontalo juga memiliki rumah adat yang
lain,yang disebut Dulohupa,yang terletak di di Kelurahan Limba U2,Kecamatan
Kota Selatan,Kota Gorontalo.Rumah adat ini digunakan sebagai tempat
bermusyawarat kerabat kerajaan pada masa lampau.
Dulohupa merupakan rumah panggung yang
terbuat dari papan, dengan bentuk atap khas daerah Gorontalo.Pada bagian
belakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat
atau bersantai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak ragaRumah
adat dengan seluas tanah kurang lebih lima ratus ini dilengkapi dengan taman
bunga,serta bangunan tempat penjualan sovenir, dan ada sebuah bangunan garasi
bendi kerajaan yang bernama Talanggeda.
Meriam Bambu (dalam bahasa
Gorontalo Bunggo)
Bunggo terbuat dari bambu pilihan yang setiap
ruas dalamnya,kecuali ruas paling ujung, dilubangi.Di dekat ruas paling ujung
diberi lubang kecil yang diisi minyak tanah.Lubang kecil itu sebagai tempat
menyulut api hingga bisa mengeluarkan bunyi letusan.Walima adalah hasil karya
seni tinggi yang dipersiapkan berbulan-bulan,memerlukan kesabaran yang tinggi
untuk mengerjakannya serta membutuhkan biaya yang lumayan besar.
Makanan Khas Suku Gorontalo
Rumah Adat Suku Gorontalo
BalasHapushttp://sex-hot-kotamobagu.blogspot.com
Blogwalking guys. visit back