Minggu, 16 November 2014

Membuat Keputusan Pemilihan Tempat Penampungan AMDAL (Daur Ulang)



 Pemilihan/Penapisan/Filtrasi AMDAL


1.1  Membuat Keputusan Pemilihan Tempat Penampungan AMDAL (Daur Ulang)

Ada 2 cara dalam memilih keputusan mendaur ulang limbah kaleng bekas

Daur Ulang Kaleng Bekas Tanpa Proses Pembakaran

Hasil dari daur ulang (Kompor Portabel)

1. Kaleng Minuman

                      Persiapkan Kaleng Minuman, terserah kaleng minuman jenis apa aja.

2. Amplas
                                          Amplas dengan Grit 320 atau lebih tinggi.

3.      Paku Payung

                                                                  Paku payung


4. Fiberglass (opsioanal, tapi disarankan!)
5. Alkohol dalam kemasan
Siapkan Alkohol didenaturasi atau 91% isopropil alkohol, atau Spritus
6. Hanger
siapkan hanger kawat

1.2 Cara Kerja :
Amplas kedua Kaleng minuman
1. Amplas kedua kaleng tersebut, amplas sampai beberapa cm dr tinggi kaleng, Usahakan amplas semulus mungkin agar sempit dan menghindari kebocoran
Jika kaleng ada isinya, pindahkan isi didalamnya ke gelas yang kosong


2. Pindahkan isinya dalam gelas yang kosong
Potong kalengnya

3. Ukur kaleng dari bawah, potong kaleng menjadi beberapa inchi dari bawah (terserah anda mau potong berapa inchi)

4. Jika sudah menemukan berapa inchi yang dipotong, potong dengan Pisau yang tajam. Agar mudah memotongnya anda bisa tandai dengan Spidol area yang akan dipotong dan saat memotongnya topang pisaunya dengan buku agar hasil potongannya sempurna.

5. jadilah hasilnya seperti pada gambar, Tips : setelah dipotong, Amplas permukaannya tepinya sampai halus seperti pada gambar diatas.

6. Setelah anda puas dengan hasil pertama, sekarang buatlah miniatur yang kedua. untuk memudahkannya, anda bisa sisipkan miniatur pertama ke bawah kaleng kedua sampai bener-bener masuk. Cara ini dilakukan agar mendapatkan hasil miniatur kedua persis dengan miniatur pertama. Setelah selesai, lakukan cara yang sama dari Langkah 1 s.d 3 tadi.
7. Taruhlah Bahan Fiberglass di dalam miniatur, ini opsional tapi Penting!. fungsi fiberglass adalah menjaga kebocoran bahan bakar dari luar, dia akan selalu bergerak terus jika dinyalakan dan juga menjaga bahan bakar yang tidak terpakai pada saat proses pembakaran.
lubangi bawah miniatur dengan paku payung

8. Lubangi bawah kaleng miniatur dengan paku payung, dengan formasi seperti pada gambar diatas. Ini dilakukan agar ada aliran udara yang masuk jika tekanan didalam tidak cocok.
Pasangkan keduanya

9. Pasangkan kedua minitaur tersebut tepat pada bibir bawah masing-masing

10. jika anda mengalami kesulitan, gunakan amplas untuk memuluskan agar kedua miniatur benar-benar lekat.

11. Press dengan kuat agar keduanya rapat dan tidak bisa dibuka!
Buatlah 16 Lubang

12. Kompor portabel ini perlu 16 lubang untuk memunculkan celah api dari hasil pembakaran. sekarang buatlah 16 lubang dengan paku payung dengan formasi diatas.
Buat miniatur pegangan panci

13. Sekarang buatlah pegangan panci dari kawat Hanger. Tinggi idealnya adalah antara 1/2 inchi sampai 1 inchi. buatlah pegangan pancinya seperti di atas.

Jangan lupa untuk Menggosok kawatnya secara halus dengan amplas
Pengujian

14. Kompor portabelnya udah selesai dibuat. Sekarang tinggal pengujiannya!. Masukkan Alkohol pemanas ke dalam kompor, anda bisa siramkan sebanyak 3 sendok makan

15. Panaskan kompor dengan korek atau pemantik api. pemanasan hanya butuh beberapa detik saja.
Setelah pemanasan selesai, maka secara otomatis api akan keluar dari 16 celah lubang itu. Lihatlah dengan bahan bakar alkohol, api yang dihasilkan sangat bersih dan berwarna biru.

Penempatan dan Penampungan hasil Limbah Kaleng yang melalui Proses Pressing dan Pembakaran
                Banyaknya kaleng alumunium bekas yang terdapat disekitar kita ternyata belum diolah dengan baik pendaur-ulangannya. Jangankan untuk mendaur-ulang limbah kaleng, produsen kaleng minuman sendiri masih mengimpor kaleng luar negeri.  Produsen minuman kaleng terbesar di Indonesia pun belum memiliki waste management atau sistem pengolahan limbah kaleng. Kalaupun terdapat produk dari limbah kaleng, harga jualnya masih sangat rendah. Kurangnya kepedulian dan apresiasi masyarakat akan penggunaan produk daur ulang juga menjadi salah satu sebab belum populernya produk-produk recycled di Indonesia. Daur ulang kaleng minuman di luar negeri yang tinggi didukung oleh teknologi memadai  dan canggih yang mereka miliki dan berbeda dengan daur ulang di luar negeri, daur ulang kaleng di indonesia masih sangat rendah. Karena tertinggal dari segi teknologi, maka daur ulang yang terdapat di Indonesia hanya sebatas barang-barang craft atau kriya. Karena minimnya daur ulang kaleng tersebutlah, maka perlu adanya inovasi teknik yang bisa diterapkan pada produk.  Teknik yang diteliti dan dieksplorasi hanya sebatas teknik skala rumah tangga saja, sehingga teknik-teknik dengan teknologi yang canggih seperti engraving, marking, dan laser cutting tidak akan dieksplorasi lebih jauh. Beberapa eksplorasi dan percobaan  dilakukan, kemudian  didapatkan 6 teknik yang paling mungkin untuk diterapkan pada produk pakai, yaitu pelipatan dengan proses pembakaran terlebih dahulu, sandcasting atau cetak pasir, alumunium foam, press manual, modul dengan kombinasi seaming dan rivetting,  serta kuncian dengan nylon cable.
                 Ada 4 parameter pemilihan teknik yang menjadi pertimbangan pada penerapan produk selanjutnya, yaitu kemungkinan produk diproduksi masal (massproduced opportunity), nilai ekonomis yang lebih tinggi (higher economic value), biaya produksi paling rendah (low production cost), dan menggunakan paling sedikit energi (lowest energy consumption). Dari 4 parameter tersebut didapatlah 2 teknik yang paling sesuai, yaitu sand-casting dan press manual. Dari sand-casting didapatkan alternatif produk yaitu souvenir perusahaan, hotel, atau kota, sedangkan dari teknik press manual didapatkan alternatif produk yaitu sarana duduk berupa bangku, dikarenakan sifat material kaleng press yang kuat menahan beban dan paling banyak mereduksi kuantitas limbah itu sendiri. Produk  daur ulang  yang akan dihasilkan adalah produk yang tidak hanya mempunyai nilai fungsional, tetapi juga mempunyai nilai estetis sehingga bisa menambah nilai ekonomis kaleng bekas yang awalnya hanya berupa limbah yang tidak terpakai.


















Minggu, 09 November 2014

Melakukan Pemilihan Elemen (komposisi) dalam Pembuatan Mesin Pengatur Limbah


Pemilihan/Penapisan/Filtrasi AMDAL

Dansk Retursystem mesin daur ulang dari Denmark
            Dansk Retursystem adalah sebuah nama program sekaligus organisasi non-profit yang berada di bawah Kementrian Lingkungan Hidup Denmark. Artinya segala aktifitas dan program dari Dansk Retursystem didukung oleh regulasi dari Kementrian Lingkungan Denmark dan Departemen Perlindungan Lingkungan Hidup.
            Secara terintegrasi Dansk Retursystem menyediakan lebih dari 4000 mesin pengolahan daur ulang otomatis yang ditempatkan di area-area publik seperti toko, swalayan, pusat perbelanjaan dan lainnya. Mesin-mesin yang ada sepintas menyerupai mesin ATM, hanya saja ukurannya lebih besar. Jika agan dan aganwati sudah terbiasa melakukan setoran uang ke rekening yang ada melalui mesin setoran tunai yang biasanya terdapat di kantor-kantor cabang bank, maka kurang lebih mesin-mesin dari Dansk Retursystem cara kerjanya seperti itu. Hanya saja dalam hal ini yang dipilah atau disortir bukannya uang, melainkan kemasan-kemasan produk bekas pakai seperti botol gelas, botol plastik, dan kaleng. Produsen dari reserve vending machine yang terkenal adalah Tomra.
                                    
                                     Alur Kerja dari Sistem Daur Ulang Dansk Retursystem
Diagram proses sortir produk bekas hingga daur ulang

Kita tinggal menyiapkan kemasan-kemasan bekas yang ingin didaur ulang
persatu kemasan-kemasan bekas dimasukkan ke dalam mesin

Setelah dimasukkan, botol gelas/kaleng dipindai secara otomatis
Mesin daur ulang Dansk Retursystem yang akan berfungsi untuk mengepress bekas kaleng
Kemasan yang telah disortir melalui mesin diangkut ke pabrik pengolahan
Hasil akhir dari pengolahan di pabrik Dansk Retursystem siap untuk dilebur





                                               
Peleburan pada kemasan kaleng

            Hasil yang diperoleh yaitu sebuah rancangan peralatan peleburan sampah aluminium yang mampu memberikan penghematan waktu proses peleburan sebesar 12,65% untuk siklus dengan setup dan 24,31% untuk siklus setelah setup, penghematan konsumsi bahan bakar sebesar 21,50% untuk siklus dengan setup dan 18,63% untuk siklus setelah setup, peningkatan keuntungan (tanpa memperhatikan biaya perawatan dan perbaikan) sebesar 28,67% dan peningkatan reduksi sampah aluminium berjenis kaleng minuman atau minyak wangi sebesar 28,57% per hari. Kata Kunci : Peralatan peleburan aluminium, Perancangan dan Pengembangan Produk, Voice of Customer
            Penelitian daur ulang sampah bungkus minuman instan yang mengandung aluminium foil (lapisan tipis dibagian dalam bungkus) dilakukan untuk mengetahui mutu produk teknologi proses peleburan yang dilakukan dengan cara konvensional.
Aluminium merupakan bahan logam yang banyak digunakan dalam berbagai keperluan seperti untuk melapisi badan pesawat terbang, untuk perabot rumah tangga, untuk kaleng minuman karena mampu memberikan kekuatan mekanik yang baik, tahan korosi, serta memiliki mampu-cor yang baik.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji teknologi pemungutan kembali unsur aluminium yang menempel dibagian dalam sampah plastik kemasan minuman instan. Disamping itu juga dilakukan analisis mikrostruktur dan kekerasan mikro guna mengetahui mutu produk daur ulang tersebut.
Bertitik tolak pada kesulitan - kesulitan dalam penanganan sampah non-organik maka penulis melakukan suatu observasi langsung ke tempat daur ulang sampah plastik aluminium foil dan penelitian mutu produk dengan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimanakah teknologi sederhana untuk mendaur-ulang sampah plastik yang mengandung selaput aluminium foil sehingga dapat diperoleh aluminium batangan dan bagaimanakah mutu produk Aluminium ditinjau dari segi mikrostruktur dan kekerasan mikronya ?”
            Bahan-bahan yang diperlukan pada proses daur ulang ini meliputi bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama adalah bahan baku yang terdiri dari sampah bungkus minuman instan atau bungkus obat yang mengandung aluminium foil dan jika ada ditambah anfalan (barang rongsokan) seperti kaleng minuman, potongan plat atau pipa aluminium. Bahan pendukungnya berupa greyhon, dibutuhkan pada saat menyalakan api. Greyhon adalah bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan nyala api dan memisahkan lagam murni dari oksidanya. Oksida atau pengotor akan mengambang diatas permukaan logam cair dan dibuang dengan menggunakan centong.
            Adapun alat peleburan terdiri dari Termokopel untuk mengukur temperatur peleburan, besi pengaduk untuk meratakan nyala api, centong untuk menuangkan cairan aluminium, tungku peleburan dari drum yang bagian dalamnya dilapis bata tahan api dan cetakan terbuat dari baja untuk membekukan cairan aluminium. Cetakan aluminium cair ini memiliki ukuran panjang 56 Cm, lebar 13,5 Cm sedangkan ketebalannya 6,0 Cm. Tungku termasuk semua peralatan masih terbelakang dan ini sengaja diciptakan untuk menghemat biaya produksi. Tungku yang dipakai berjumlah 9 buah ini kalau dioperasikan secara maksimal akan menghasilkan 10 batang alumunium atau kalau bahan bakunya cukup baik akan menghasilkan ±1 kwintal logam aluminium perhari. Berikut ini sebuah tayangan video mengenai teknik penuangan/ pencetakan logam cair. Proses yang dilakukan tidak konvensional namun semi modern dan diunduh dari youtube untuk sekedar menambah pengetahuan mengenai kondisi bengkel peleburan aluminium.

            Pada proses peleburan ini, mula-mula sampah kemasan aluminium foil dimasukkan secara bertahap yaitu kira-kira 50% dari kapasitas tungku. Selanjutnya masukkan greyhon (bahan bakar) yang dibungkus dengan grenjeng (kertas timah rokok) dan dinyalakan apinya. Ketika api mulai menyala greyhon terus ditambahkan hingga api membesar. Setelah itu semua bahan utama dan anfalan (barang rongsokan) aluminium dimasukkan sampai tungku penuh. Petugas terus menekan-nekan bungkus aluminium foil untuk membantu mempercepat proses pencairan. Selama proses berlangsung, suhu lebur logam dipantau dengan termo-kopel.











Metode Pemilihan dalam Kinerja AMDAL


Pemilihan/Penapisan/Filtrasi AMDAL

Pemanfaatan Limbah Kaleng

Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium.
                Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar produk konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat.
            Kaleng juga merupakan lembaran baja yang disalut timah (Sn) atau berupa wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri. Terkadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi (Fe), dengan karbon sebagai material pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebihrapuh.

            Definisi klasik, baja adalah besi-karbon alloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja adalah alloy berdasar besi yang dapat dibentuk secara plastik.Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan,minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Al). Kaleng timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaanInggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng yang berbahan dasar timah (Sn) menjadi standar produk konsumen. Produk-produk makanan maupun minuman yang biasanya mengalami proses pengalengan ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat (wadahnya) adalah produk-produk yang disterilisasi dengan panas.
            Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Semua jenis makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko kelontong (pasar tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-macam, baik produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi.
 Banyak sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya :
a.  Tingginya sisa oksigen dalam makanan.
b.  Adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.
c.   pH makanan dalam kaleng
d.  Suhu dan lama penyimpanan
e.  Jenis kaleng dan lapisan penahan korosi
Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan lebih mudah terkontrol, hal tersebut dikarenakan oleh :
a. Komposisi air pendingin (mengandung klor, melarutkan garam, dsb).
b. Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng yang digunakan.
            Sedangkan untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari terjadinya karat ataupun reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran dari Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam timah (Sn) dipilih sebagai bahan dasar pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat.
Komposisi Unsur Logam dari Kaleng
Logam
Mineral
Rumus
Besi






Nikel


Alumunium
Timah
Tembaga
Magnetic
Hematite
Siderit
Pirit
Pentlandit
Garnerit
Bauksit
Kasiterit
Kalkopirit
Malasit
Kuprit
Kalkosit
Fe3O4
Fe2O3
FeCO3
FeS2
FeNiS
H2(NiMg)SiO4.2H2O
Al2O3.H2O dan Al2O3.3H2O
SnO2
CuFeS2
Cu2(OH)2CO3
Cu2O
Cu2S
                                    Tabel 1.1.1 Unsur Logam pada Limbah Kaleng
1.2 Metode Pemilihan
Daur Ulang Limbah Kaleng
            Daur-ulang (yang dimaksud di sini adalah reuse dan recycling) limbah pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Di Indonesia pun, khususnya di daerah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur ulang limbah. Dalam sistem pengelolaan persampahan, upaya daur-ulang memang cukup menonjol, dan umumnya melibatkan sektor informal. Beberapa alasan mengapa daur-ulang mendapat perhatian:
                Alasan ketersediaan sumber daya alam: beberapa sumber daya alam bersifat dapat terbarukan dengan siklus yang sistematis, seperti siklus air. Yang lain termasuk dalam katagori tidak terbarukan, sehingga ketersediaannya di alam menjadi kendala utama. Berdasarkan hal itu, maka salah satu alasan daur-ulang adalah ketersediaan sumber-daya alam.
                Alasan nilai ekonomi: limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan ternyata dapat bernilai ekonomi bila dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan tersebut dapat dalam bentuk pemanfaatan enersi, atau pemanfaatan bahan, baik sebagai bahan utama ataupun sebagai bahan pembantu.
                Alasan lingkungan: alasan lain yang akhir-akhir mendapat perhatian adalah perlindungan terhadap lingkungan. Komponen limbah yang dibuang ke lingkungan dalam banyak hal mendataangkan dampak negatif pada lingkungan dengan pencemarannya. Pengolahan limbah akan menjadi kewajiban. Namun bila dalam upaya tersrebut dapat pula dimanfaatkan nilai ekonomisnya, maka hal tersebut akan menjadi pilihan yang cukup menarik.
                Dalam beberpa hal alasan-alasan tersebut saling terkait sama yang lain dan saling mendukung, sehingga upaya daur-ulang menjadi lebih terarah dan menarik.Bentuk lain pemanfaatan limbah dalam daur-ulang adalah kemungkinannya sebagai sumber enersi. Paling tidak terdapat dua bentuk enersi hasil daur- ulang yang telah biasa dijumpai di lapangan, yaitu:
                Sebagai enersi panas seperti yang dikeluarkan dari sebuah insinerator dengan bahan bakar limbah bernilai kalor tinggi,sebagai enersi kimia seperti yang dikeluarkan dari sebuah reaktor anaerob atau sebuahlandfill limbah organic seperti sampah, yaitu dalam bentuk gas metan
                Kemungkinan lain dari pemanfaatan limbah misalnya sebagai sumber protein atau bahan lain, baik dengan rekayasa yang sistematis seperti dalam pembuatan alkohol, maupun sebagai bahan makanan. Sebagai bahan makanan pendekatan ini telah banyak digunakan di Indonesia, khsususnya dari limbah yang berkatagori organik, misalnya sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing.
                Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam, plastik adalah bahan yang biasa didaur-ulang. Bahan ini bisa saja didaur-pakai secara langsung atau harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan ini banyak dijumpai, dan biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada tingkat konsumen kadang menimbulkan permasalahan, khususnya dalam pengelolaan sampah kota. Di negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur-ulang akan menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasar. Sebenarnya sampah mempunyai potensi untuk didaur-ulang. Proses daur ulang harus memperhatikan komposisi dan karakteristik limbah yang dominan, terutama bila daur ulang dilakukan di tempat pembuangan akhir. Hal lain yang mempengaruhi adalah ketersediaan tenaga operasional agar proses berkelanjutan. Proses daur ulang juga dilakukan di sumber timbulan dan tempat penampungan sementara, atau pada skala kawasan. Daur ulang yang dilakukan di sumber maupun penampungan sementara atau di skala kawasan, dapat meminimalkan biaya pengangkutan ke pembuangan akhir.
Proses daur-ulang pada umumnya membutuhkan rekayasa dalam bentuk:
·         Pemisahan dan pengelompokan: yaitu untuk mendapatkan limbah yang sejenis. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara manual (dilakukan dengan tangan manusia secara langsung) maupun secara mekanis (dilakukan oleh mesin).

·         Pemurnian: yaitu untuk mendapatkan bahan/elemen semurni mungkin, baik melalui proses fisik, kimia, biologi, atau termal.

·         Pencampuran: yaitu untuk mendapatkan bahan yang lebih bermanfaat, misalnya sejenis limbah dicampur dengan limbah lain atau dengan bahan lain.

·         Pengolahan atau perlakuan: yaitu untuk mengolah buangan menjadi bahan yang siap pakai.
                Sasaran utama dari rekayasa tersebut adalah bagaimana mendapatkan bahan yang sebaik mungkin sesuai fungsi dari bahan daur-ulang tersebut. Upaya pertama daur-ulang adalah bagaimana memisahkan limbah di sumbernya, yang sebetulnya merupakan kegiatan yang mudah dilaksanakan. Beberapa contoh di bawah ini merupakan cara dan bentuk daur-ulang.
                Banyak pengolahan limbah (padat, cair dan gas) menghasilkan residu sepertisludge atau debu, atu residu lain, yang pada gilirannya harus ditangani lebih lanjut. Kadangkala limbah yang terbentuk tersebut, sepertisludge, menjadi bermasalah karena berkatagori sebagai limbah berbahaya.