Pemilihan/Penapisan/Filtrasi
AMDAL
Pemanfaatan
Limbah Kaleng
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah. Bagi orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga
termasuk wadah yang terbuat dari aluminium.
Kaleng
timah (tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal,
pada akhir abad ke-19, kaleng timah menjadi standar produk
konsumen. Timah dipilih karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik
kemasan karena berkilat dan tahan karat.
Kaleng juga merupakan lembaran baja yang
disalut timah (Sn)
atau berupa wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan
kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri. Terkadang
lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu untuk mencegah reaksi
dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol dari kemasan ini
adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di
dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja adalah logam alloy yang komponen utamanya
adalah besi (Fe), dengan karbon sebagai material
pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebihrapuh.
Definisi
klasik, baja adalah besi-karbon alloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen;
ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja adalah alloy
berdasar besi yang dapat dibentuk secara plastik.Pada kaleng, daya
ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi terhadap
reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Bagi
orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat
dari logam dan digunakan untuk
mengemas makanan,minuman, atau produk lain. Dalam pengertian ini, kaleng juga
termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Al). Kaleng timah (tin
can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa 1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaanInggris, Peter Durand pada 1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng yang berbahan dasar timah (Sn) menjadi standar
produk konsumen. Produk-produk makanan maupun minuman yang biasanya mengalami
proses pengalengan ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat (wadahnya) adalah
produk-produk yang disterilisasi dengan panas.
Dalam
kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan
tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama
makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat,
maka mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu
makanan kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk,
dan tidak beracun. Semua jenis makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari
daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis,
bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa menyaksikan berbagai jenis
makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko kelontong (pasar
tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-macam, baik
produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas
makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi.
Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya :
a. Tingginya sisa oksigen dalam
makanan.
b. Adanya akselator korosi, seperti
Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.
c. pH makanan dalam kaleng
d. Suhu dan lama penyimpanan
e. Jenis kaleng dan lapisan
penahan korosi
Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan
lebih mudah terkontrol, hal tersebut dikarenakan oleh :
a. Komposisi air pendingin (mengandung
klor, melarutkan garam, dsb).
b. Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng
yang digunakan.
Sedangkan
untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari terjadinya karat ataupun reaksi
terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara
melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran
dari Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam timah (Sn) dipilih
sebagai bahan dasar pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah
daya tarik kemasan karena berkilat dan tahan karat.
Komposisi Unsur Logam
dari Kaleng
Logam
|
Mineral
|
Rumus
|
Besi
Nikel Alumunium Timah Tembaga |
Magnetic
Hematite Siderit Pirit Pentlandit Garnerit Bauksit Kasiterit Kalkopirit Malasit Kuprit Kalkosit |
Fe3O4
Fe2O3 FeCO3 FeS2 FeNiS H2(NiMg)SiO4.2H2O Al2O3.H2O dan Al2O3.3H2O SnO2 CuFeS2 Cu2(OH)2CO3 Cu2O Cu2S |
Tabel 1.1.1
Unsur Logam pada Limbah Kaleng
1.2 Metode Pemilihan
Daur
Ulang Limbah Kaleng
Daur-ulang
(yang dimaksud di sini adalah reuse dan recycling) limbah pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Di
Indonesia pun, khususnya di daerah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur
ulang limbah.
Dalam sistem pengelolaan persampahan, upaya daur-ulang memang cukup menonjol,
dan umumnya melibatkan sektor informal. Beberapa alasan mengapa daur-ulang
mendapat perhatian:
Alasan ketersediaan sumber daya
alam: beberapa sumber daya alam bersifat dapat terbarukan dengan siklus yang
sistematis, seperti siklus air. Yang lain termasuk dalam katagori tidak
terbarukan, sehingga ketersediaannya di alam menjadi kendala utama. Berdasarkan
hal itu, maka salah satu alasan daur-ulang adalah ketersediaan sumber-daya
alam.
Alasan nilai ekonomi: limbah
yang dihasilkan dari suatu kegiatan ternyata dapat bernilai ekonomi bila
dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan tersebut dapat dalam bentuk pemanfaatan
enersi, atau pemanfaatan bahan, baik sebagai bahan utama ataupun sebagai bahan
pembantu.
Alasan lingkungan: alasan lain
yang akhir-akhir mendapat perhatian adalah perlindungan terhadap lingkungan.
Komponen limbah yang dibuang ke lingkungan dalam banyak hal mendataangkan
dampak negatif pada lingkungan dengan pencemarannya. Pengolahan limbah akan
menjadi kewajiban. Namun bila dalam upaya tersrebut dapat pula dimanfaatkan
nilai ekonomisnya, maka hal tersebut akan menjadi pilihan yang cukup menarik.
Dalam beberpa hal alasan-alasan
tersebut saling terkait sama yang lain dan saling mendukung, sehingga upaya
daur-ulang menjadi lebih terarah dan menarik.Bentuk lain pemanfaatan limbah
dalam daur-ulang adalah kemungkinannya sebagai sumber enersi. Paling tidak
terdapat dua bentuk enersi hasil daur- ulang yang telah biasa dijumpai di
lapangan, yaitu:
Sebagai enersi panas seperti
yang dikeluarkan dari sebuah insinerator dengan bahan bakar limbah bernilai
kalor tinggi,sebagai enersi kimia seperti yang dikeluarkan dari sebuah reaktor
anaerob atau sebuahlandfill limbah organic seperti sampah, yaitu dalam
bentuk gas metan
Kemungkinan lain dari
pemanfaatan limbah misalnya sebagai sumber protein atau bahan lain, baik dengan
rekayasa yang sistematis seperti dalam pembuatan alkohol, maupun sebagai bahan
makanan. Sebagai bahan makanan pendekatan ini telah banyak digunakan di
Indonesia, khsususnya dari limbah yang berkatagori organik, misalnya sebagai
pakan ternak atau sebagai pakan cacing.
Bahan buangan berbentuk padat,
seperti kertas, logam, plastik adalah bahan yang biasa didaur-ulang. Bahan ini
bisa saja didaur-pakai secara langsung atau harus mengalami proses terlebih
dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan ini banyak dijumpai, dan
biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada tingkat
konsumen kadang menimbulkan permasalahan, khususnya dalam pengelolaan sampah
kota. Di negara industri, aplikasi pengemas yang mudah didaur-ulang akan
menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di
pasar. Sebenarnya sampah mempunyai potensi untuk didaur-ulang. Proses daur
ulang harus memperhatikan komposisi dan karakteristik limbah yang dominan,
terutama bila daur ulang dilakukan di tempat pembuangan akhir. Hal lain yang
mempengaruhi adalah ketersediaan tenaga operasional agar proses berkelanjutan.
Proses daur ulang juga dilakukan di sumber timbulan dan tempat penampungan
sementara, atau pada skala kawasan. Daur ulang yang dilakukan di sumber maupun
penampungan sementara atau di skala kawasan, dapat meminimalkan biaya
pengangkutan ke pembuangan akhir.
Proses daur-ulang pada umumnya membutuhkan rekayasa dalam
bentuk:
·
Pemisahan dan
pengelompokan: yaitu untuk mendapatkan limbah yang sejenis. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara manual (dilakukan dengan tangan manusia secara langsung)
maupun secara mekanis (dilakukan oleh mesin).
·
Pemurnian: yaitu
untuk mendapatkan bahan/elemen semurni mungkin, baik melalui proses fisik,
kimia, biologi, atau termal.
·
Pencampuran: yaitu
untuk mendapatkan bahan yang lebih bermanfaat, misalnya sejenis limbah dicampur
dengan limbah lain atau dengan bahan lain.
·
Pengolahan atau
perlakuan: yaitu untuk mengolah buangan menjadi bahan yang siap pakai.
Sasaran
utama dari rekayasa tersebut adalah bagaimana mendapatkan bahan yang sebaik
mungkin sesuai fungsi dari bahan daur-ulang tersebut. Upaya pertama daur-ulang
adalah bagaimana memisahkan limbah di sumbernya, yang sebetulnya merupakan
kegiatan yang mudah dilaksanakan. Beberapa contoh di bawah ini merupakan cara
dan bentuk daur-ulang.
Banyak
pengolahan limbah (padat, cair dan gas) menghasilkan residu sepertisludge atau
debu, atu residu lain, yang pada gilirannya harus ditangani lebih lanjut.
Kadangkala limbah yang terbentuk tersebut, sepertisludge, menjadi
bermasalah karena berkatagori sebagai limbah berbahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar